BUDAYA ORGANISASI INFORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Posted by creator on 2:39:00 PM with No comments
BUDAYA ORGANISASI INFORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Studi Multi Situs SD Wedarayaksa Kabupaten Pasantenan
Oleh Dr H Harsono



A.Latar Belakang Penelitian
Pembukaan UUD 1945 tertulis bahwa tujuan membentuk Negara kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat, khususnya jalur pendidikan formal (Pasal 1 UU No 14 Th 2005). Perguruan tinggi sebagai suatu satuan pendidikan harus memiliki berbagai pedoman penyelenggaraan, antara lain tentang struktur organisasi (Pasal 52 UU No 19 Th 2005). Untuk menjaga mutu penyelenggaraan dan mutu produk, diaturlah organisasi, tata kerja lembaga, dan penjaminan mutu pendidikan (KepMendiknas No 087/0/2003). Pendidikan yang melahirkan lulusan berkualitas, harus memadukan budaya dan keseluruhan aspek kehidupan (Tilaar, 2000).
Pendidikan dipandang berbagai pihak sebagai organisasi bidang bisnis (Ornstein & Levine, 1989; Becker, 1985; Schultz, 1981; Cohn, 1979; Robinson & Vaizey, 1966). Organisasi yang bergerak dalam bidang bisnis membutuhkan manusia yang berkualitas (Pfeffer, 1996). Semakin tingggi budaya bisnis suatu masyarakat semakin tinggi pula tuntutan dan kompetisi kualitas manusia. Tuntutan kualitas manusia yang semakin tinggi akan sejalan dengan tuntutan organisasi penyelenggaraan pendidikan tinggi yang semakin baik.
Perguruan Tinggi merupakan organisasi yang unik dan kompleks. Kondisi unik dan kompleks itu terletak pada keanekaragaman sumber-sumber perguruan tinggi. Jika penyelenggara kegiatan akademik memiliki latar budaya yang beragam maka kemungkinan kampus akan tercerai-berai secara kultural. Oleh karena itu, diperlukan tingkat koordinasi dan adaptabilitas yang tinggi diantara pimpinan perguruan tinggi (Bartky, 1956). Organisasi perguruan tinggi yang baik adalah organisasi perguruan tinggi yang secara kultur terintegrasi. Kultur perguruan tinggi yang terintegrasi ada pada struktur organisasi perguruan tinggi yang birokratis. Namun, struktur organisasi perguruan tinggi yang bercirikan birokrasi yang sentralistik perlu dikaji ulang (Bachor & Andriyani, 2005). Oleh karena itu, pimpinan perguruan tinggi harus memahami peranan-peranan dan hubungan-hubungan antar orang yang ada.
Perbedaan pendapatan, kepentingan, pendapatan, gaya hidup antar guru dan karyawan telah membentuk kehidupan mereka di kantor berkelompok-kelompok, terpecah-pecah menjadi berbagai kelompok informal. Antar kelompok informal memiliki ornag yang berpengaruh, pimpinan, nilai-nilai, dan status yang beraneka ragam. Perbedaan kelompok ini telah mendorong mereka memiliki perbedaan pendapat dan pandangan terhadap setiap fenomena organisasi di sekolah.perbedan pendapat dan pandangan itu menjadi makin tajam ketika mereka dihadapkan pada fenomena yang serius dan isu manajemen (Ornstein dan Levine, 1989;241). Permasalahan yang sangat peka di sekolah adlah berkaitan dengan pendapatan sekolah dan pengelolaan keuangan dan hal-hal yang berkaitan dengan itu.
Opdate Posted : By Leoga.tk